Senin, 30 Oktober 2017

Resensi Buku : Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW



Penulis            : H.M.H. Al-Hamid Al Husaini                          
Penerbit          : Pustaka Hidayah -  Bandung                                                                           
Halaman        : 1227
Tahun             : 2011 (cetakan IV)

Subhanallah mantap. Itulah kalimat yang kiranya tepat untuk menggambarkan betapa kayanya buku karya penulis asli orang Indonesia ini. Seumur hidupku berkecimpung di dunia baca membaca, karya inilah buku yang paling tebal yang pernah aku baca dan tuntaskan. Biasanya buku paling tebal yang pernah kubaca hanya berkisar di angkat 500 lembar, tapi buku ini sungguh fantastis sekitar 1200 halaman lebih. Buku setebal itu mampu kuhabiskan dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.

Bukan halaman yang bejibun itu membuat buku ini istimewa. Tetapi konten dari buku inilah yang membuat buku ini luar biasa. Karena buku ini berisi tentang banyak ilmu dan pengetahuan sejarah islam di dalamnya. Ditambah lagi bahasanya yang ringan dan mudah dimengerti layaknya membaca sebuah novel. Tidak sembarang comot riwayat, penulis buku ini dengan sangat hati-hati menganalisa dan mencari kecocokan mana riwayat yang umum diterima oleh para ulama dan pemerhati sejarah islam. Sehingga isi buku ini insya allah dapat dipertanggungjawabkan  kelurusannya.

Biasanya sirah nabawiyah yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah karya terjemahan dari penulis timur tengah. Indonesia beruntung memiliki H.M.H Al-Hamid Al-Husaini (Alm) ulama yang pandai menulis dan mendokumentasikan pikirannya dalam sebuah buku. Sehingga buku yang awalnya diterbitkan pada tahun 1992 kemudian di revisi pada 2007 ini akan menjadi salah satu khasanah asli bangsa Indonesia mengenai sejarah keislaman khususnya tentang rumah tangga Nabi Muhammad SAW.

Buku lain karya penulis Indonesia memang banyak yang mengulas tentang keluarga Rasulullah SAW juga. tapi rasanya tak ada yang selengkap buku ini. Sehingga tak berlebihan jika buku ini dijadikan sebagai salah satu bacaan wajib bagi umat islam Indonesia untuk memperdalam keilmuannya mengenai sejarah masa lampau kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW.

Sesuai judulnya, buku ini hanya fokus kepada kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW. Rumah tangga disini tidak hanya sebatas kisah kehidupan Rasulullah dan para istrinya saja, tetapi juga menceritakan secara detail kehidupan anak, cucu dan cicit nabi Muhammad SAW. 

Memang tak semua anak, cucu dan cicit rasulullah yang dikemukakan khusus dalam buku ini. Seperti misalnya tentang tiga anak lelaki nabi Muhammad SAW yang meninggal saat mereka masih kecil. Karena sangat sedikit riwayat mengenai mereka, maka penulis memilih tidak memasukkan ketiganya dalam satu pembahasan khusus. Sehingga tanpa maksud penulis untuk pilih kasih, penulis hanya mengemukakan keturunan Rasulullah SAW yang banyak diriwayatkan orang dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sejarah islam.

Di Bab awal penulis membuka pembahasan dengan kisah para bunda nabi. Diantara bunda nabi yang dikemukakan di bab ini adalah bunda nabi Ismail as, Musa as. Isa as. dan Nabi besar Muhammad SAW. Mengisahkan betapa besarnya pengorbanan seorang bunda kepada anaknya.

Di bagian kedua penulis mulai bercerita tentang istri nabi Muhammad SAW mulai dari Khadijah ra. sampai dengan Maimunah Binti Al-Harits. Total istri nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatnya adalah 12 orang. Tentu saja ke 12 orang itu tidak dinikahi sekaligus. Melihat jumlah yang banyak itu, tentu ini akan dimanfaatkan oleh orang yang tidak suka dengan islam untuk menyerang nabinya. 

Perlu diketahui bahwa Rasulullah SAW menikahi ke 12 orang wanita itu bukan karena  nafsu. Tapi lebih disebabkan untuk menolong dan perasaan tidak enak untuk menolak. Seperti yang diriwayatkan dalam buku ini, ada beberapa istri nabi Muhammad SAW yang merupakan anak sahabat beliau sendiri, ada pula yang janda sahabat beliau juga. Karena tidak enak menolak permintaan sahabat untuk menikahi anaknya, beliau pun menikahi beberapa orang wanita sepeninggal istri terkasihnya Khadijah ra.  Ada pula beliau menikahi Ummu Habibah anak musuh beliau si Abu Sufyan. Hal ini dilakukan semata agar keluarga Abu Sufyan tidak merasa dikucilkan masyarakat karena pernah memerangi nabi Muhammad SAW. Ini juga dilakukan sebagai kebaikan akhlak Rasulullah menjalin silaturahmi dengan orang yang pernah memusuhinya.

Hal utama dan menarik yang perlu dikemukakan disini adalah Khadijah ra. adalah istri Nabi Muhammad SAW yang pertama dan utama. Hanya melalui rahim Khadijah lah Rasulullah SAW beroleh keturunan yang terus tersambung hingga hari ini. Sedangkan istrinya yang lain tidak melahirkan anak untuk nabi Muhammad SAW. Hanya Mariyah lah istri nabi yang lain yang melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama ibrahim. Namun rupanya Allah berkehendak lain dengan mewafatkan ibrahim saat usianya masih balita. Praktis hanya keturunan Khadijah lah yang menjadi garis riwayat nabi Muhammad SAW.

 Selama Khadijah ra. hidup, Rasulullah SAW tidak pernah menikahi wanita lain. Khadijah tidak hanya seorang istri, ia juga menjadi wanita pertama yang beriman dan masuk islam. Ditambah dengan pengorbanan dan pendampingan yang dilakukan oleh istrinya sejak sebelum masa kenabian sampai setelah masa kenabian yang berat, tak heran jika nabi Muhammad SAW amat merindukan dan menyayangi istrinya tersebut.

Di bagian ketiga penulis mulai bercerita tentang anak dan cucu nabi Muhammad SAW. Dimulai dengan menceritakan riwayat anak-anak perempuan, cucu dan cicit nabi Muhammad SAW. Di bagian empat penulis bercerita mengenai riwayat cucu dan cicit nabi muhammad SAW.

Di episode inilah saya jadi tahu tentang riwayat tragedi karbala. Disini pulalah aku jadi tahu bagaimana perebutan politik saat itu sudah menjalar di dunia islam. Kemudian persatuan dan kesatuan umat mulai goyah. Pertentangan dan perselisihan antar sesama umat islam kian tak terbendung selepas kekhalifahan Umar bin Khatab Muawiyah yang merebut kekuasaan secara tidak sah, mulai menetapkan sistem kerajaan di dunia islam. Dimana sebelumnya sistem pemerintahan islam adalah ke khalifahan. 

Banyak mudarat yang dilakukan oleh dinasti Ummayah dibawah kepemimpinan Muawiyah. Salah satu yang paling diingat dan tercatat dalam sejarah adalah tragedi Karbala yang menewaskan cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW Husain ra. Padang karbala di dekat kota Kufah (sekarang irak) menjadi saksi bahwa ada kekhalifahan zalim yang mengaku islam tega membantai ahlul bait rasulullah SAW. Hal ini akan menjadi sejarah yang paling diingat di dunia islam. Layaknya pengkhianatan G30S di Indonesia, sejarah tragedi karbala ini pun boleh dibilang sebagai sejarah kelam dunia islam.

 Itulah pembahasan terakhir dan terbanyak di buku ini mengenai riwayat anak cucu nabi Muhammad SAW. Sebagian besar bercerita tentang kehidupan keras ahlul bait rasulullah sepeninggal nabi agung akhir zaman. 

Mungkin karena sang penulis sadar bahwa hampir sebagian besar pembahasannya banyak mengagungkan ahlul bait nabi Muhammad SAW khususnya dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad. Sehingga takut kalau buku ini dicap sebagai syiah, penulis pun membeberkan beberapa tulisan tentang syiah di akhir bab ini. 

Dari bab tersebut dapat dikatakan bahwa sang penulis adalah seorang ahlu sunah wal jamaah, bukan syiah. Karena makna syiah sendiri sekarang ini sudah berbeda dengan gerakan politik pada zaman Hasan dan Husain. Dulu syiah itu masih lurus,, karena mereka adalah kelompok yang mencintai ahlul bait (keturunan) nabi muhammad SAW dari garis Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Syiah yang sekarang sudah banyak menyimpang dari ajaran islam dan banyak memasukkan tahayul kedalam ajaran mereka. Suatu hal yang terlalu jauh dari nilai-nilai islam. 

Maka dari itu, seseorang yang mencintai ahlul bait bukanlah seorang syiah, karena nabi Muhammad SAW sendiri dalam beberapa hadist shahih seringkali mewajibkan agar umatnya mencintai ahlul bait beliau.

Begitulah buku ini ditulis. Buku ini memberikan magnet bagi pembacanya untuk terus membaca dan membaca menghabiskan buku ini. Sehingga walaupun bukunya tebal, tapi tidak memupuskan minat untuk terus membaca hingga akhir. Karena gaya penulisannya sangat Indonesia sekali, bahasanya pun tidak ribet. 

Selain itu juga yang menarik adalah pemaparan riwayat kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW dalam buku ini ditulis dalam bahasa ala novel yang membumi dan manusiawi sekali. Sehingga tak sulit bagi pembaca untuk membayangkan adegan demi adegan yang tersaji dalam buku ini. Pun kehidupan nabi muhammad SAW lebih terlihat membumi sama seperti kehidupan rumah tangga manusia lainnya kebanyakan. Hanya saja beliau lebih mulia dan penuh teladan dan kebaikan. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang mulia bagi nabi Muhammad SAW dan ahlul bait beliau. Amiin.

Dan tak lupa juga semoga amal kebaikan dan ilmu yang dituangkan dalam buku ini dan buku lainnya akan menjadi amal jariyah bagi almarhum H.M.H. Al-Hamid Al Husaini yang telah wafat pada tahun 2002 silam. 

Akhirnya buku ini harus dibaca oleh segenap umat muslim di manapun berada. Karena buku ini penuh informasi dan sejarah mengenai keislaman yang bersumber dari riwayat hadisth yang shahih. Sehingga isi buku ini dapat dipertanggungjawabkan. Terakhir saya kutip pernyataan dari penulis yaitu: MENCINTAI AHLUL BAIT BUKAN BERARTI SEORANG SYIAH

Rabu, 18 Oktober 2017

Data Statistik Untuk Pembangunan Kalimantan Tengah






Hidup ini tak asik tanpa data statistik. Namun, bagi orang awam jika sudah mendengar tentang data statistik, mungkin ada yang menganggapnya biasa saja atau ada yang berpikir, “ah itu bukan urusan saya”. Memang, data statistik bagi kebanyakan masyarakat awam masih dipandang sebelah mata. Ia hanya dianggap sebagai informasi-informasi berupa angka yang tidak tahu selanjutnya mau dibawa kemana dan dipakai untuk apa.

Data statistik merupakan domainnya Badan Pusat Statistik (BPS). Karena di Indonesia sebagian besar publikasi resmi data-data tersebut melalui BPS. Sumbernya dihimpun dari hasil sensus Badan Pusat Statistik serta oleh berbagai lembaga, instansi dan pihak lainnya. Data-data tersebut umumnya meliputi semua sektor yang menyangkut kepentingan orang banyak misalnya jumlah penduduk, kondisi geografis, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan lain sebagainya. Kemudian secara berkala angka-angka tersebut nantinya akan terus diperbarui sesuai dengan keadaan terkini.

Bagi pemerintah khususnya pemerintah di Kalimantan Tengah data statistik tentu sudah sangat jelas fungsi dan manfaatnya. Data-data yang berupa angka tersebut memiliki peran ganda bagi pemerintahan. Pertama ia bisa menjadi alat bagi pemerintah untuk menyampaikan capaian-capaian kinerja pemerintahannya selama suatu periode. Kedua ia juga bisa menjadi patokan atau indikator untuk merumuskan dan menentukan arah kebijakan pemerintah kedepannya. Sehingga amat sangat besar peran data statistik bagi pemerintahan di jenjang manapun.

Lalu bagi masyarakat Kalteng sendiri seberapa pentingkah data statistik itu. Jawabannya adalah tergantung apa kepentingan yang ingin didapatkan dari data tersebut. Bagi kalangan pengusaha informasi tentang jumlah penduduk, pendidikan, pekerjaan, perdagangan dan lainnya akan sangat membantu dalam menentukan strategi bisnis. Dalam katalog yang di publikasi BPS banyak memuat informasi yang berhubungan dengan dunia usaha. Sehingga hal tersebut akan memudahkan para pengusaha dan investor untuk membantu mengembangkan usaha di bumi Tambun Bungai. Misalnya tingkat hunian hotel di Kota Palangka Raya yang kian tahun kian menunjukkan tren yang positif, bukan tidak mungkin indikator ini akan dijadikan oleh para pengusaha hotel untuk banyak mendirikan hotel di Kota Palangka Raya. Begitupun tingkat pendapatan dan konsumsi masyarakat Kalimantan Tengah yang semakin meningkat dapat dijadikan acuan bagi kalangan pengusaha untuk banyak mendirikan pusat hiburan dan pusat perbelanjaan. Sehingga pada akhirnya akan berimbas kepada pembangunan dan perkembangan yang masif terjadi di Kalimantan Tengah.

Bagi kalangan masyarakat awam mungkin banyak yang berpikiran data statistik tak berhubungan langsung dengan kehidupannya. Bahkan mendengar kata statistik saja agak malas rasanya untuk dipikirkan. Namun sesungguhnya entah disadari atau tidak, hampir setiap orang pasti pernah membaca dan memusatkan perhatian terhadap informasi statistika, kendati itu hanya sekedar untuk pengetahuan pribadi semata.

Contoh kasus saat pilkada, ketika hasil quick count di tayangkan, ternyata calon A perolehan suaranya unggul sekian persen dibanding calon B. Beberapa orang yang menyaksikan itu sambil nongkrong di warung kopi pun mulai berdiskusi membahas hasil tersebut. Begitulah tanpa disadari orang-orang sudah bertindak tanpa sadar karena data statistik yaitu hasil quick count tadi untuk berdiskusi.

Begitu juga dalam pembelian suatu produk, masyarakat sering kali lebih percaya dengan produk yang  menyertakan hasil riset statistik dalam iklannya dibandingkan yang tidak. Kemudian ada pula supporter sepak bola yang senang dan bangga dengan kehebatan tim kesayangannya kendati ia hanya melihat rincian statistik pertandingannya saja tanpa menonton langsung.

Sebenarnya seperti itulah data statistik, tanpa kita sadari sebenarnya sangat akrab dalam kehidupan kita. Bahkan turut menjadi salah satu indikator bagi diri kita untuk mengambil keputusan. Kita tak perlu repot-repot memikirkan bagaimana cara mereka mendapatkan data statistik itu. Kita hanya perlu menyerap informasi yang sekiranya kita butuhkan sesuai dengan kapasitas kemampuan kita, agar dapat memunculkan tindakan nyata untuk membuat perubahan bagi perkembangan dan pembangunan di Kalimantan Tengah.


Senin, 16 Oktober 2017

Review Film : Pengabdi Setan (2017)


 

Sutradara           :  Joko Anwar                                      
Skenario            :  Joko Anwar, Sisworo Gautama Putra
Pemain              :  Bront Palarae, Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Annuz, M. Adhiyat
Genre                :  Horor
Durasi               :  1 Jam 47 Menit
Tahun rilis        :  2017
Rating               :  8


Nama  Joko Anwar lah yang membuatku tertarik menonton film ini. ia adalah seorang sutradara film yang dikenal spesialis thriller dan horor dengan ending yang tak biasa. Beberapa karyanya sering meraih penghargaan di berbagai ajang festival film internasional. Kebetulan juga beberapa filmnya hampir semua sudah aku tonton sebelumnya, dan memang film hasil penyutradaraan dari Joko Anwar ini berbeda dan cukup berkelas.

Film pengabdi Setan adalah film yang di remake dari film yang berjudul sama yang dirilis oleh Rapi Film pada tahun 1980.  Sisworo Gautama Putra yang pada saat itu menjadi sutradara film ini menjadi salah satu penulis cerita dan skenario di remake Pengabdi Setan (2017). Dan terus terang saat tulisan ini kubuat, aku belum pernah menonton film yang versi lawasnya.

Pengabdi Setan berkisah tentang sebuah keluarga yang ditinggal mati oleh ibunya yang mantan seorang penyanyi. Kematian ibunya tersebut didahului dengan keadaan sakit keras yang sudah lama diderita. Karena sudah sampai ajalnya, sang ibu pun tutup usia meninggalkan seorang suami, dan empat orang anaknya.

Sehari setelah ibunya dimakamkan, ayahnya (Bront Palarae) harus pergi ke kota untuk  segera mengurus proses penjualan rumah yang sekarang mereka tempati. Meski dengan berat hati, keempat anaknya itu pun setuju jika ayahnya harus pergi ke kota selama beberapa hari. Keluarga ini hidup di sebuah rumah terpencil di pelosok kampung. Selama ayahnya pergi, sebagai anak sulung Rini lah (Tara Basro) yang menjadi penanggung jawab terhadap ketiga adiknya, Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan Ian (M. Adhiyat).

Sehari setelah ayahnya pergi, teror demi teror arwah sang ibu pun mulai menghantui keempat kakak beradik ini. Hari demi hari mereka terus diganggu, bahkan nenek mereka pun ikut tewas akibat teror ini. Rini yang pada mulanya sama sekali tidak percaya dengan hal-hal yang berbau takhayul akhirnya mulai membuka diri dan mencari tau apa sebenarnya yang tengah menganggu mereka.

Alur cerita film ini sangat menarik. Jalan ceritanya juga jelas. Gaya bahasa para tokohnya pun memang menunjukkan skrip film ini tidak digarap secara sembarangan. Dialog dan skenarionya tidak kampungan dan tidak absurd, rasanya seperti mendengarkan dialog-dialog di film berkelas, Dialog-dialognya pun mampu menunjukkan karakter masing-masing tokoh. 

Untuk tata artistik di film ini juga tak kalah hebat. Setting tempat dan waktu memang sengaja disesuaikan dengan tahun 1980 an. Hal itu terlihat dari pakaian dan properti yang digunakan detail sudah dipersiapkan. Joko Anwar di beberapa scene terlihat sengaja memberikan fokus shoot kepada properti jadul seperti baskom jadul, mainan jadul, dan beberapa lainnya, yah itung-itung nostalgia. 

Rumahnya pun ditampilkan dengan rumah sederhana yang masih memakai sumur dengan properti seadanya. Tapi justru rumah inilah yang menjadi salah satu daya pancar kehororan di film ini. Bahkan bisa dibilang rumahnya cukup ikonik.

Melihat film ini aku jadi teringat akan suasana horor di film The Conjuring. Joko Anwar berhasi membuat suasana mencekam sebuah keluarga sama seperti suasana di film The Conjuring.  Suasana horor itu terlihat dari cara ia memberikan pewarnaan pada film ini dan setting tempat yang juga mendukung.

Horor mainstream ala jump scare yang banyak memberikan kejutan dengan sound yang nyaring tidak dilakukan oleh Joko Anwar. Karena ia tau pola macam itu sudah kurang menarik lagi jadi bahan film horor masa kini, apalagi jika dilakukan dengan intensitas yang banyak. Sebagai gantinya Joko Anwar lebih banyak bermain kepada instumen-instrumen lain yang dapat dijadikan sebagai unsur pembangun kesan horor.  Tapi kesan itu nantinya akan jadi suatu hal yang melekat di benak banyak orang. Beberapa instrumen yang dipakai diantaranya adalah bunyi lonceng, lagu si ibu waktu masih jadi artis dulu, yang nadanya saja sudah cukup bikin merinding, lalu kursi roda, rumah kayu yang berderit dan lainnya. Instrumen itupun membuat banyak penonton merasa ngeri.

Asyik bermain di titik itu tidak membuat Joko Anwar lupa dengan penggambaran sosok hantu sang ibu. Meski hantunya tak sering muncul, tapi sosoknya digambarkan secara ngeri dan mudah diingat. Hasilnya luar biasa, hantu dengan senyum seringai sang ibu dan memakai baju putih pun sukses membuat takut para penonton bioskop. Sama nasibnya seperti Valak di film The conjuring 3, hantu sang ibu pun cepat menjadi viral dan dijadikan bahan meme oleh netizen. Meskipun mencekam, sang sutradara tetap memasukkan beberapa unsur humor ke dalam film ini. Tapi dengan porsi yang sewajarnya.

 Akting para pemainnya yah sudah jangan diragukan lagi. Meskipun pemainnya bukanlah orang-orang yang sering wara wiri di layar bioskop. Tapi Joko Anwar mampu membuat artisnya mampu mengeksplore akting dengan baik. Hasilnya terlhat natural, apalagi akting M. Adhiyat yang memerankan si adik bungsu Ian yang bisu terlihat polos dan menggemaskan.

Bukan Joko Anwar namanya jika membuat film dengan alur cerita dan ending yang biasa saja. Setidaknya jalan cerita film ini tak bisa ditebak, dan endingnya pun menghadirkan tanya di benak penonton. Meskipun banyak yang kesal dengan endingnya yang menyiratkan sesuatu, tapi ya begitulah Joko Anwar.

Well overall film ini sangat recommended sekali untuk pecinta film horor. film ini menunjukkan bahwa film horor Indonesia sudah mulai menunjukkan peningkatan dari segi kualitas.

Beberapa bulan terakhir ini film horor Indonesia mulai mendapat tempat di hati penikmat Film Indonesia. Makin kesini horor vulgar mulai ditinggalkan, pola alur film dan tekniknya pun sudah mulai berkembang dan tidak monoton. Terakhir aku menonton film horor Indonesia Danur sudah menunjukkan perkembangan yang positif bagi perfilman tanah air.

Semoga film Indonesia semakin berkembang dan berjaya di negeri sendiri.