Selasa, 15 Mei 2018

Minat Baca dan Mental Bangsa


Sumber Foto : topieks.blogspot.com

Bulan April dan Mei bolehlah jika disebut sebagai bulan-bulannya pendidikan. Mengingat beberapa peringatan yang bertema pendidikan terjadi di dua bulan ini. sebut saja tanggal 23 April hari buku sedunia, 2 Mei merupakan hari pendidikan nasional, dan 17 mei nanti adalah hari buku nasional.
Kemajuan suatu bangsa dan negara sebenarnya tak lepas dari berkualitasnya  pendidikan yang dimiliki. Salah satu cerminan keberhasilan pendidikan adalah terlihat dari tingkat minat baca masyarakat di  suatu negara. Singkatnya buku dan negara maju adalah dua hal yang saling berkaitan.
Berkaca kepada berbagai survey tentang minat baca masyarakat, Indonesia berada pada posisi yang cukup miris yaitu tergolong sebagai negara dengan minat baca yang sangat rendah. Hasil itu berbanding lurus jika kita melihat kondisi mental dan peradaban masyarakat Indonesia yang bisa kita saksikan saat ini.
Suatu pembangunan dan kemajuan bangsa tidak akan bisa tercapai jika hanya mengandalkan sumber daya alam tanpa  tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni. Sumber daya manusia adalah subjek pembangunan yang memberikan arah dan warna bagi peradaban suatu bangsa. Kita coba berkaca pada negara-negara seperti Jepang, Jerman, Australia, Amerika, Finlandia dan lainnya yang mana minat baca masyarakatnya tergolong tinggi, ternyata berbanding lurus dengan tingkat kemajuan negara dan kualitas SDM nya.
Banyak yang menjadi faktor rendahnya minat baca di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah rendahnya sosialiasi gemar membaca sedari dini di lingkungan rumah tangga, harga buku yang relatif mahal, distribusi buku yang kurang luas dan kurangnya prioritas kewajiban membaca yang ditunjukan melalui program pemerintah.
Maka tak heran jika mental dan peradaban bangsa ini lumayan tertinggal dibanding negara maju kendati sudah merdeka lebih dari 72 tahun. Penyelesaian masalah melalui kekerasan, tawuran pelajar, intoleransi, dan potensi konflik lainnya terjadi karena minimnya pengetahuan. Padahal potensi konflik itu bisa diminimalisir andai saja setiap orang mempunyai pikiran dan nurani yang senantiasa tercerahkan dari proses membaca buku.
Begitupun berbagai macam permasalahan bangsa ini seperti kemiskinan, ketenagakerjaan, birokrasi, hukum dan segalanya dapat dipecahkan jika semua komponen masyarakat yang terlibat dalam entitas bangsa memiliki kapasitas yang memadai dari proses pendidikan dan membaca. Sehingga setiap individu mampu memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara.
Tulisan ini bahasanya memang terlalu normatif. Tapi memang demikian faktanya bahwa pendidikan adalah pintu gerbang mengentaskan segala permasalahan bangsa. Salah satu bentuk pendidikan sepanjang masa adalah melalui kegiatan membaca buku.
Untuk itu mengakhiri tulisan ini, agar tidak berujung kepada kritik tanpa solusi, setidaknya ada beberapa saran yang sekiranya bisa dilakukan :

1.       Memulai budaya membaca sedari dini di setiap rumah tangga.
Setiap orang tua harus memberikan keteladanan budaya rajin membaca di dalam rumah. Sehingga kecintaan terhadap buku akan semakin tumbuh. Biarpun harga buku murah, kalau tidak ada niat dan kegemaran membaca sedari dini itu sama juga dengan

2.   Mewajibkan setiap siswa di semua jenjang sekolah untuk membaca 1 buku untuk 1 minggu.
Memang membaca itu merupakan aktivitas yang memerlukan kerelaan dan keikhlasan agar dapat memamahi isi buku. Namun bagi bangsa kita yang sudah akut rendahnya budaya baca, cara “paksaan” mungkin bisa jadi pilihan yaitu dengan mewajibkan setiap siswa untuk membaca 1 buku selama satu minggu.

3.       Perbaikan sistem perbukuan nasional.
Harga buku yang mahal dan distribusi yang kurang merata merupakan faktor yang tak dapat diabaikan. Untuk menuju masyarakat yang gemar membaca, selain dua poin diatas tentu juga harus ada dukungan dari pemerintah mengenai perbaikan sistem perbukuan. Hal itu dilakukan dengan subsidi terhadap penerbitan buku sehingga mampu menekan harga jual buku di masyarakat tanpa mengurangi pendapatan dan kesejahteraan penulis.

Menurut hemat penulis, cara utama untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini adalah melalui pendidikan salah satunya adalah dengan menumbuhkan gemar membaca ke seluruh masyarakat Indonesia. sehingga kemudian akan tumbuh sikap dan mental pembaharu dari segenap elemen bangsa. Maka dari itu mari membaca.


Rabu, 02 Mei 2018

Resensi Buku : Membedah Tantangan Jokowi-JK


Penulis                :                            
Penerbit               : Indoprogress – Tangerang (Banten)                                                            
Halaman             : xvii + 304 hlm; 140 x 203 mm
Cetakan/ Tahun : Pertama/ Desember 2014
Genre                  : Non Fiksi

Saat tulisan ini dibuat pemerintahan Jokowi – JK sudah berjalan sekitar hampir 4 tahun. Sejatinya hal tersebut bukanlah umur pemerintahan yang bisa dibilang baru. Jusrtu dapat dikatakan sebuah pemerintahan yang sedang memasuki masa evaluasi, karena tahun 2018 sudah memasuki tahun politik

 Setidaknya banyak program dan kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Jokowi – JK selama ini. Namanya kebijakan pasti akan selalu menimbulkan pro dan kontra. Setiap tindakan dan pilihan pemerintahan apakah ia peduli maupun tidak itu sudah masuk ke dalam ranah keputusan atau pengambilan kebijakan. Sehingga wajar kemudian jika ada keluhan dan kritikan yang muncul akibat tidak terakomodirnya berbagai macam tuntunan masyarakat.

Negara seluas Indonesia ini memang memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang tidak kecil. Setiap pemerintahan pasti akan mewarisi berbagai macam problema masa pemerintahan sebelumnya. Itu kemudian ditambah lagi dengan munculnya berbagai macam tantangan dan masalah baru selama pemerintahannya berjalan. Jika boleh menyimpulkan lagi negara sebesar Indonesia ini memiliki segudang masalah yang harus diatasi. 

Buku Membedah Tantangan Jokowi – JK ini menjabarkan tentang tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh Pemerintahan Jokowi – JK periode 2014-2019 dari perspektif berbagai sektor. Demi luasnya cakupan dan dalamnya pembahasan, setiap bab memiliki pembahasan yang berbeda dengan bab lainnya. Begitupun dengan para penulis yang berkontribusi dalam buku ini memiliki latar pemahaman dan profesi yang berbeda-beda pula. Setidaknya ada sekitar 19 penulis yang terlibat dalam buku ini dengan pembahasan yang berbeda. Buku ini menjadi sebuah buku yang menguraikan berbagai macam permasalahan bangsa ini (meskipun tidak komprhensif), yang masih belum tuntas dan harus diselesaikan oleh Pemerintahan Jokowi – JK.

Buku yang sebagian besar tulisannnya ditulis dengan pendekatan ilmiah dan teoritis ini memberikan gambaran keadaan bangsa ini dan menganalisisnya dalam kerangka program kerja Jokowi. Buku ini dituliskan dan diterbitkan di akhir tahun 2014 atau 2 bulan pasca Jokowi dilantik sebagai presiden Republik Indonesia Ke- 7.  Sehingga isi buku ini kalau dilihat dari sisi merupakan sebuah ramalan tentang apa yang akan terjadi jika kebijakan yang diambil seperti ini atau seperti itu. Sebagian besar tantangan yang dipaparkan disini memang benar masih menjadi hal krusial yang harus dipecahkan.

Menarik memang jika harus dikatakan bahwa buku ini sangat relevan dibaca pada masa pemerintahan yang sudah berjalan lebih dari setengah periode di 2018 ini. Jika para penulis (saat itu) hanya dapat menerka dan menduga kebijakan yang akan diambil Jokowi - Jk terkait permasalahan bangsa. Lain halnya jika buku ini dibaca pada masa sekarang ini. Selain mendapatkan rumusan umum suatu permasalahan, pembaca juga langsung dapat mengevaluasi arah kebijakan pemerintahan ini. Pembaca juga dapat memberikan penilaian apakah pemerintahan Jokowi – JK sekarang ini sudah sesuai dengan program kerja dan janji kampanyenya. Dan sekaligus juga berpikir kritis terkait kebenaran analisa para penulis buku ini.

Meski bahasa dan pendekatan buku ini kurang menggugah pembaca awam, namun  pada akhirnya buku ini cukup bagus dibaca untuk menambah pemahaman kita terhadap permasalahan bangsa dan sekaligus memberikan evaluasi terhadap pemerintahan Jokowi – JK yang akan berakhir di 2019 tahun depan.