Kabupaten
Seruyan merupakan salah satu kabupaten termuda di Kalimantan Tengah. Kabupaten
yang beribukota di Kuala Pembuang ini resmi menjadi kabupaten pada tahun 2002.
Dulunya kabupaten yang berjuluk Bumi Gawi Hatantiring ini hanyalah kota
kecamatan yang berada di bawah pemerintah daerah kabupaten Kotawaringin Timur.
Menurut
salah seorang sahabatku yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Kuala
Pembuang, daerah ini dulu sebelum menjadi kabupaten merupakan daerah yang sepi,
minim pembangunan dan lebih terlihat seperti sebuah desa. Sekitar tahun 2001
dia meninggalkan Kuala Pembuang dan melanjutkan pendidikan di Palangka
Raya. Tapi kini di tahun 2015,
pembangunan sudah menapaki jejaknya di setiap sudut kota Kuala Pembuang. Banyak
berdiri kantor-kantor dan bangungan-bangunan megah lainnya.
Kuala
Pembuang berjarak sekitar 383 Km dari kota Palangka Raya jika melalui jalan
darat. Jika kita dari arah sampit,
sebelum memasuki kota ini terlebih dahulu kita akan melewati jembatan
yang diberi nama Jembatan Ir.Soekarno. Jembatan ini bisa dikatakan salah satu
landmark dari kota Kuala Pembuang. Jembatan yang diresmikan tahun 2010 ini memiliki
panjang 590 m dan lebar sekitar 9 m.
Jembatan Ir. Soekarno di Kuala Pembuang |
Pertama kali
memasuki kota Kuala Pembuang suasana asri dan damai begitu terasa di kota ini.
Karena ini adalah kota yang baru pertama kali aku kunjungi, tentu saja aku
bersemangat sekali. Seolah ada aroma petualangan yang akan segera tersaji
dihadapanku. 8 jam perjalanan yang kami tempuh melalui jalan darat seakan tidak
membuat kami lelah.
Karena saat
itu masih sekitar pukul 16.00 , maka sebelum mencari penginapan terlebih dahulu
kami berkeliling menjelajah kota Kuala Pembuang. Mumpung harinya masih terang.
Karena besok pagi kami sudah harus kembali ke Palangka Raya.
Kuala
Pembuang merupakan kota kecil yang terletak di tepi sungai Seruyan. Sungai
Seruyan ini bermuara di laut jawa. Kepadatan penduduknya masih tergolong sepi
alias sedikit. Selain itu rumah penduduk di Kuala Pembuang terlihat cukup rapat
antara satu rumah dengan rumah lainnya.
Salah satu sudut permukiman warga |
Secara
keseluruhan jalan di dalam kota Kuala Pembuang bisa dikatakan dalam keadaan hampir semua
mulus dan baik. Hanya saja jalan di kota ini tidak begitu lebar. Antara jalan
dan rumah warga terlihat sangat rapat dan dekat sekali. Untungnya kendaraan
yang melintas di kota ini tidak ada yang ngebut dan ugal-ugalan. Untuk kepadatan
lalu lintas jalan raya bisa dikatakan sepi dan lengang. Karena jumlah kendaraan
masih tergolong sedikit.
Saat kami
ada disana, jalan-jalan yang ada di dalam kota terlihat sepi dan lengang. Kami
juga tidak tahu apakah ini merupakan keadaan yang normal, atau karena saat itu
bertepatan dengan libur panjang tahun baru sekaligus akhir pekan. Sehingga
masyarakat Kuala Pembuang lebih memilih menghabiskan waktu untuk ke luar kota
atau berwisata.
Beberapa ruas jalan dalam kota Kuala Pembuang |
Seperti
Kabupaten baru yang ada di Kalteng. Kabupaten Seruyan juga menata kawasan
perkantoran pemerintahan berada dalam satu komplek. Kawasan perkantoran ini
terdiri dari rumah jabatan, kantor bupati dan kantor-kantor SKPD. Kawasan ini
berada di selatan kota Kuala Pembuang. Kawasan ini masih sepi jauh, hanya
sedikit rumah penduduk yang bermukim. Maklum saja karena kawasan ini dulunya
masih hutan. Tampaknya penataan kota
Kuala Pembuang lebih tertuju ke arah selatan dan barat.
Kompleks Perkantoran Pemkab Seruyan |
Ketika kami
disana di sekitar pusat kota, kami menyempatkan diri untuk mampir dan berfoto di Stadion Mini Gagah Lurus di Kuala
Pembuang. Stadion ini bisa dikatakan sebagai landmark atau ciri khas kota ini.
Karena letaknya yang ditengah kota, stadion ini seringkali digunakan oleh warga
setempat untuk bersantai dan menggelar berbagai acara. Misalnya acara malam pergantian
tahun baru kemarin.
Di sekitar
Stadion ini pula ada beberapa aktivitas ekonomi masyarakat terlihat. Ada
pedagan kaki lima, ada cafe dan ada beberapa pertokoan yang berdiri di kawasan
ini. Kantor pos rumah sakit daerah, dan
sekolah-sekolah pun lokasinya berada di sekitar stadion ini.
Stadion Gagah Lurus Kuala Pembuang |
Rumah Sakit Umum Daerah di Kuala Pembuang |
Seperti kota
lainnya, di daerah pinggiran sungai adalah daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya tergolong tinggi. Dan ada permukiman padat penduduk biasanya di
kawasan ini. Rata-rata masyarakat yang tinggal disini bermata pencaharian
sebagai nelayan, pedagang dan industri rumah tangga pembuat kerupuk ikan dan
terasi udang.
Kerupuk ikan
pipih dan tenggiri serta terasi udang
khas Kabupaten Seruyan cukup terkenal di Kalimantan Tengah. Bahkan dari luar
Kalteng pun tak sedikit orang yang membelinya.Tentu saja panganan khas tersebut
sangat cocok dijadikan oleh-oleh jika kita pulang dari Kabupaten Seruyan. Para pembuat terasi dan kerupuk ini banyak
terdapat di kawasan pinggiran sungai Seruyan terus ke arah selatan kota Kuala
Pembuang. Tidak hanya itu saja udah EBI ( udang yang dikeringkan) dan ikan
kering pun banyak dijual di daerah ini.
Untuk
jajanan dan kuliner tidak ada warung yang menjual makanan khas lokal. Paling
banyak warung menjual makanan seperti nasi kuning dan penganan lain khas
banjar. Hanya saja ada beberapa pedagang pentol dan gorengan yang berbeda dari
pedadang yang pernah aku temui dari kota lainnya. Kalau di Palangka Raya banyak
dijual pentol daging sapi, kalau disini banyak dijual pentol daging ikan dan segala gorengan yang
berbahan dasar ikan. Mungkin karena lokasi kota ini yang dekat dengan laut,
maka mendapatkan hasil laut begitu mudah.
Salah satu sudut pemukimman warga di pinnggiran sungai Seruyan |
Kalau
dilihat dari pengamatanku, mayoritas penduduk di Kuala Pembuang beragama Islam.
Hal ini setidaknnya terlihat dari banyaknya sekolah islam dan juga
masjid-masjid berdiri di Kuala Pembuang.
Sebagian besar masyarakat kuala pembuang
berbicara dengan bahasa banjar. Hampir mirip dengan bahasa dan logat orang
Sampit dan Pangkalan bun, namun tentu saja dengan aksen khas Seruyan. Meskipun Sampit, Pangkalan Bun
dan Kuala Pembuang memiliki logat dan bahasa yang hampir sama yaitu banjar,
tapi ketiga daerah tersebut memiliki ciri khas dan logat masing-masing. Hal itu
lantaran daerah ini pada masa lampau pernah menjadi bagian dari kerajaan Banjar
di Kalimantan Selatan. Tidak jauh berbeda dengan Sampit dan Pangkalan Bun yang
mayoritas bahasa dan ada istiadat cenderung mirip dengan banjar. Hal ini
lantaran letak kota-kota tersebut yang berada dekat dengan laut. Sehingga
memudahkan akses masuk kerajaan-kerajaan Banjar tempo dulu. Meski sebagian
besar masyarakat bertutur dalam bahasa Banjar bukan berarti di daerah kabupaten
ini tidak ada orang dayak. Justru orang dayak asli seruyan ini berada di
pedalaman.
Untuk
penginapan, banyak terdapat di sekitar pasar atau kawasan. Disini tempat
menginap yang dominan adalah losmen. Jarang ditemui hotel, kalaupun ada
jumlahnya hanya sedikit. Untuk tarif menginap di losmen relatif murah sekitar
50 ribuan per malam. Kalau ingin menginap lebih bagus cari losmen yang tepat
membelakangi sungai. Karena kita akan bisa sambil menyaksikan pemandangan
Sungai Seruyan yang indah khususnya di pagi dan sore hari.
Salah satu Pemandangan dari balkon belakang losmen
Untuk
tempat wisata di daerah ini kalau yang aku tahu hanya pantai sungai bakau, tapi
jika mengutip dari laman situs pemkab Seruyan ada beberapa diantaranya yaitu Pesona wisata
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kecamatan Seruyan Hilir yang dikenal
dengan keindahan alamnya, Kawasan wisata
pantai Gosong Buaya di Kecamatan Seruyan Hilir (Kelurahan Kuala Pembuang). Taman Nasional Bukit Raya dengan keindahan dan
keaslian hutan tropisnya di Kecamatan Seruyan Hulu. Arung Jeram di Kecamatan
Seruyan Tengah, Kecamatan Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun.Air Terjun
di Kec. Seruyan Tengah, Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun yang
memiliki 160 riam. Wisata Danau Sembuluh yang
terletak di Kecamatan Danau Sembuluh.