Minggu, 31 Maret 2019

Resensi Buku : Cerita Pilu Manusia Kekinian





Penulis                : Edi AH Iyubenu                        
Penerbit              : IRCiSoD  – Yogyakarta                                                                                
Halaman             : 264 hlm; 14 x 20 cm
Cetakan/ Tahun : Pertama/ Februari 2016                  
Genre                  : Filsafat/ Non Fiksi
  
Timeline kita hari ini sungguhlah teramat buas mengerikan untuk disaksikan. Anda tak perlu butuh waktu lama untuk bersipapas dengan status, komen, atau share yang menista dan memfitnah orang lain Semua banjaran gosip, nyinyiran, pula fitnah, dirayakan dengan penuh girang, berksan penuh pahala, bagaikan memenuhi panggilan jihad fi sabilillah yang balasannya tiada lain adalah surga beserta 70 bidadarinya yang selalu perawan (hal 233).”


 Ditilik dari judul buku ini sudah keren, sekeren isinya. Jarang-jarang lho ya buku yang mengangkat fenomena-fenomena manusia kekinian (baca : modern) begitu menyentuh dan menghujam nalar dan lubuk sanubari. Biasanya buku-buku yang bertema serupa seolah hampa esensi, dengan kalimat demi kalimat yang kurang menggugah. Tapi buku Cerita Pilu Manusia Kekinian adalah pengecualian.
Edi AH Iyubenu adalah seorang penulis yang juga aktif di dunia sastra dan literasi. Banyak sudah buku yang diterbitkanya, namun baru buku ini lah karyanya yang kubaca pertama kali. Begitupun nama Edi yang baru di buku ini pula aku tau. Mengingat tulisannya yang segar dan menyentak, agak aneh aja kalau aku kurang mengenal Edi.
Cerita Pilu Manusia Kekinian adalah kumpulan tulisan tulisan Edi yang terdiri dari berbagai macam pembahasan. Namun muaranya tetap satu, menyorot keringnya jiwa manusia-manusia modern atau istilah Edi adalah manusia kekinian yang sudah jauh dari nilai-nilai luhur dan tradisional.
Edi membagi bukunya ke dalam dua bagian renungan. Pertama adalah renungan islami dan kedua adalah renungan lainnya atau renungan yang bersifat umum dan universal. Terus terang saja saat aku membaca tulisan pertama di buku ini yang berjudul Hiduplah dengan Selo, aku sudah sangat antusias dan jatuh cinta. Sangat terkesan dengan gaya bahasa Edi yang membuat filsafat tak begitu runyam, bahkan ia memberikan penjelasan yang mudah diterima oleh semua nalar baik awam sekalipun.
Di Bagian pertama bukunya dalam bab renungan islami, Edi banyak menyorot tentang fenomena sosial khususnya kehidupan islam di Indonesia masa kini. Tulisannya banyak menyentil kelakuan kita yang sudah banyak keluar dari substansi. Ia mengamati fenomena sosial yang berkembang di masyarakat atau sesuatu kejadian yang sudah viral lalu diberi tanggapan sesuai perspektif keilmuannya (filsafat). Namanya juga orang yang gemar berfilsafat yang notabene adalah orang yang cinta pada kebijaksanaan, maka tulisan Edi sebagian besar dapat kuterima.Beberapa contoh tulisannya adalah sikap keberagamaan kita sekarang yang begitu mudah memberikan label kafir kepada orang yang tak seiman, penghayatan keislaman kita, akun-akun islami yang marak bermunculan, masalah HTI, sampai urusan jodoh.
Tak Cuma disitu pada bagian renungan lainnya juga tak kalah hebat. Disitu ia banyak menulis tentang pilunya manusia kekinian yang telah menjadi hamba modernitas. Segalanya selau diukur dengan angka dan angka. Bukan kualitas tapi kuantitas. Keluarga tempat dimana seseorang pertama kali mendapatkan pelajaran kehidupan pun bukan lagi tempat yang nyaman bagi mereka. Bahkan ketika seseorang ditanya kunci kesuksesannya tak banyak yang menyebut salah satu kunci sukses adalah doa orang tua.
Begitulah tulisan-tulisan Edi ini sangat menarik dan mengunggah. Memang di bagian renungan islami hampir sebagian besar tulisan sangat ringan tak sulit untuk mencernanya, itu karena ia dengan detail memberikan penjelasan dan permisalan terkait tulisannya. Namun memasuki bab renungan lainnya, tulisan Edi agak sedikit berbobot dan berat. Tapi meski demikian, kita tetap dapat menikmati tulisannya. Sekali lagi karena tulisannya ringan dan diberikan penjelasan yang gamblang oleh sang penulis.
Akhirnya buku ini sangat dianjurkan dibaca, karena ia menghentakkan nalar dan nurani kita. Membuat kita setelah membacanya akan berpikir, “Oh iya ya bener juga.” pokoknya ini buku sangat dekat dengan keseharian kita dan sangat dekat dengan pokok kejadian yang pernah hangat di tanah air. Membaca ini kita dapat memiliki penambahan pengetahuan dan suntikan kebijaksanaan dalam memaknai hidup ini.
Pokoknya ini buku filsafat paling ringan yang aku baca. Buku yang sangat bagus. Dan buku tentang fenomena sosial masa kini yang sangat memberikan kesadaran. Wajib dibaca nih.