Minggu, 30 Mei 2021

Resensi Buku : Quiet Impact

 


 

Penulis                 : Sylvia Loehken                                   

Penterjemah        : Alex Tri Kantjono Widodo

Penerbit               : PT Gramedia Pustaka Utama - Jakarta                         

Halaman              : xviii + 307 hal;

Cetakan/ Tahun  : 2016 (C 2014)  

Genre                  : Pengembangan Diri

 

Pertama kali menemukan buku ini disebuah bazar buku. Melihat buku ini seperti menemukan harta karun. Sebuah buku tebal yang berbicara tentang pribadi introver. Apalagi dengan harga yang sangat murah. Pada mulanya aku mengira ini adalah buku yang ditulis oleh Susan Cain. Tapi ternyata setelah dibaca dan diperhatikan dengan seksama ternyata bukan. Hanya sampul bukunya yang agak mirip dengan gradasi warna abu-abu.

 

Konten buku ini ternyata lumayan berisi. Ia semacam buku panduan untuk menjadi pribadi introver yang sukses dan berhasil dalam kehidupan dan dunia kerja. Buku ini tak melulu bicara dari sisi introver semata, ia juga banyak berbicara dari sisi yang sebaliknya yaitu ekstrover. Menariknya buku ini juga mengambil sudut pandang seorang ekstrover terhadap orang-orang introver dan begitu sebaliknya. Sehingga buku ini terlihat berimbang. Mari berbicara lebih dalam lagi mengenai buku ini.

 

Buku ini bukanlah buku yang ingin merubah orang yang sudah jadi introver agar menjadi seorang ekstrover. Justru sebaliknya ia memberikan pemahaman dan pandangan bahwa menjadi orang yang introver itu bukanlah sebuah kegagalan. Orang introver adalah orang-orang yang sukses. Bahkan hampir semua orang yang sukses dalam karir dan pencapaiannya di dunia ini adalah seorang introver. Bahkan Rasulullah Muhammad Salallahu alaihi wasssalam saja adalah orang introver. Jadi kita itu terlebih dahulu harus menerima bahwa kita ini adalah seorang introver dan tak perlu harus merubah diri agar terlihat menjadi orang yang menyenangkan seperti orang ekstrover. Maka buku ini lah jawabannya.

 

Menurut Loehken setidaknya ada 10 kekuatan yang dimiliki oleh orang yang introver. Diantaranya adalah : 1) Kewaspadaan; 2) Substansi – hanya berbicara tentang hal yang bermakna; 3) Konsentrasi; 4) Mendengarkan; 5) Sikap tenang; 6) Berpikir analitis; 7) Kemandirian; 8) Kegigihan; 9) Menulis; 10) Empati.

 

Berikut pula 10  hambatan dan kendala yang dimiliki oleh orang yang introver : 1) Rasa takut; 2) Perhatian berlebihan terhadap detail; 3) Rangasangan berlebihan; 4) Sikap pasif; 5) Melarikan diri; 6) Terlalu mengandalkan otak; 7) Membohongi diri sendiri; 8) Fiksasi; 9) Menghindari kontak; 10) Menghindari konflik.

 

Setelah dibaca dan direnungi dengan mendalam ternyata 10 kekuatan dan 10 hambatan yang dirangkum oleh Loehken ternyata hampir semuanya ada pada diriku. Dan memang ternyata  lagi-lagi ada bukti bahwa aku ini memang orang yang introver. Namun keadaan itu bukanlah hal yang membuatku menjadi orang yang biasa saja. Justru dengan keadaan sifat dan karakterku yang seperti ini aku terus berjuang agar hidupku menjadi orang yang tidak biasa. Salah satunya adalah dengan terus belajar, mencoba hal baru dan menerima semua tantangan yang datang. Beruntunglah ada buku ini yang semakin menambah keyakinanku bahwa orang introver adalah orang yang sukses.

 

Loehken memulai pembahasannya dari seputar kehidupan keluarga. Baik itu kiat bagaimana menjadi pasangan yang introver-ekstrover atau pasangan yang introver-introver. Bahkan sampai tips dan kiat membesarkan anak-anak yang introver atau ekstrover.

 

Kemudian pembahasan beralih ke dunia kerja, ke dunia yang lebih kompleks yang dialami oleh para introver. Disini orang introver banyak diuji tentang aktualisasi diri, cara berkerja sama dengan orang lain, tentang  ilmunya dan tentang cara ia bersikap dan berbicara dihadapan orang banyak. Kehidupan sosial seakan menjadi momok bagi orang introver. Nah dalam buku ini Loehken sedikit membagikan tips bagi orang introver dalam menghadapi itu semua.

 

Sebenarnya menjadi orang introver itu tidaklah sulit-sulit banget asal kita punya ilmu. Ilmu dan pengetahuan membuat kita menjadi lebih percaya diri. semakin banyak ilmu yang kita miliki maka kita akan lebih percaya diri dibandingkan orang introver yang tak memiliki ilmu. Karena jika seseorang introver sudah punya banyak ilmu otomatis orang itu rajin membaca buku kan. Nah dari buku-buku yang ia baca pastilah ada buku tentang motivasi yang mengajarkannya untuk jangan mudah menyerah dalam kehidupan ini sekaligus mengembangkan diri agar berani bermimpi dan mewujudkannya impian. Tentu hal ini akan berbeda dengan orang introver yang tak rajin membaca, ia akan terus depresi akibat kesendirian yang ia rasakan dan perlahan akan terbunuh oleh ketidakpercayaan dirinya.

 

Satu hal lagi yang kudapatkan dari buku Quiet Impact ini adalah ternyata orang introver memiliki karakter dan ciri yang identik dan sama di seluruh dunia. Tak peduli apapun suku dan bangsanya, ternyata orang introver itu seperti sebuah satu kesatuan. Karena ketika aku membaca buku ini seolah apa yang disampaikan kok seolah dekat dengan kehidupan sehari-hari. Padahal biasanya buku terjemahan tentang pengembangan diri itu isi dan penerapannya bisa berbeda di berbagai kultur dan negara. Yah meskipun buku ini tak semua tips bisa diambil dan sesuai dengan budaya kerja dan kehidupan di Indonesia. Tapi hal yang universal dalam buku ini adalah motivasinya untuk mengatasi berbagai hambatan orang introver sekaligus memanfaatkan kekuatan introver dalam berbagai situasi.

 

Sebagai seorang introver ini adalah buku yang sangat menarik yang perlu dibaca. Sebuah harta karun bagi pribadi introver.