Dilihat dari luas wilayah memang Provinsi
Kalimantan Selatan kalah dibandingkan dengan provinsi lainnnya di Kalimantan.
Tapi untuk keindahan alam dan objek wisata Provinsinya urang banua ini jangan
pernah dianggap remeh. Kalsel banyak memiliki tempat wisata alam yang indah dan
menarik yang tersebar di beberapa kabupaten.
Kondisi geografis wilayah yang tidak terlalu
luas memberi keuntungan sendiri bagi pariwisata di Kalsel. Karena rata-rata
tempat wisata yang ada di beberapa kabupaten jaraknya tidak terlalu jauh dari
Kota Banjarmasin ibukota Kalimantan Selatan.
Salah satu tempat wisata yang menarik adalah
di Kota Pelaihari ibukota Kabupaten Tanah Laut. Mungkin beberapa orang (atau
cuma aku) kurang begitu ngeh jika disebutkan nama Kabupatennya saja. Namun jika
disebut daerah Pelaihari, baru ngeh oooo disitu.
Mulanya aku mengira Pelaihari itu jauh sekali
dari Banjarmasin. Ternyata Ibukota Kabupaten Tanah Laut ini hanya berjarak
sekitar 65 Km saja dari Kota Banjarmasin dengan waktu tempuh hampir 2 jam.
Maklum karena kecepatan sepeda motor kami pada waktu itu hanya berkisar 50
Km/Jam ditambah banyak mampir juga. Lagipula karena jalan lintas kabupatennya
relatif kecil dan ramai jadi tidak memungkinkan memacu kendaraan dengan cepat,
takut ada yang menyeberang atau belok mendadak. Tapi bagi yang sudah biasa
dengan jalan itu mungkin kurang dari 1 jam bisa saja tembus.
Inilah seperti yang kusampaikan di atas tadi,
Provinsi Kalimantan Selatan itu memiliki kota dan kabupaten yang jaraknya tidak
terlalu jauh antara satu dan lainnya. Sudah begitu masing-masing kabupaten
pasti memiliki keunikan dan keunggulan wisata alamnya. Seperti Pelaihari ini,
jaraknya lumayan dekat lah kalau dari Banjarmasin.
Kabupaten Tanah Laut atau Pelaihari
wilayahnya banyak di kelilingi oleh perbukitan. Menjelang masuk di wilayah
ibukota, kita akan disuguhi oleh pemandangan yang indah sekali di sisi kiri
berupa perbukitan. Kalau dilihat-lihat sih sebenarnya lebih mirip rangkaian
pegunungan. Ketika masuk ke wilayah Kota Pelaihari pertama kita akan disambut
oleh gerbang selamat datang dan tulisan yang sangat besar tertulis PELAIHARI. Karena terlihat ikonik untuk tempat berfoto,
jadilah kami mampir sebentar di gerbang tersebut.
Pelaihari
Setelah melewati gerbang itu ternyata
pemandangan lebih menakjubkan lagi. Karena pemandangan bukit itu tidak lagi di satu
sisi saja, tetapi di sisi kiri dan kanan jalan. Jangan ditanya lagi, tentu saja
jalannya naik turun membelah perbukitan. Tak jauh dari gerbang, jauh di atas
bukit ada rangkaian huruf yang bertuliskan TANAH LAUT. Mirip seperti hollywood
punya. Sayang tak sempat ku ambil fotonya.
Tujuan kami hari itu sebenarnya ingin ke
jalan-jalan berlibur ke Taman Labirin dan beberapa air terjun. Namun sial,
sudah jauh-jauh perjalanan yang ditempuh Taman Labirin malah ditutup untuk umum
karena ada acara Pramuka. Tidak mau rugi kami pun bertanya sana sini untuk menuju
ke air terjun yang terdekat dari kota. Karena letaknya diantara perbukitan,
Kabupaten Tanah Laut memiliki banyak sekali air terjun yang lokasinya tidak
jauh dari Kota Pelaihari. Makanya aku agak terkejut juga melihat banyak tempat
wisata yang kami lewati sebelum masuk ke Kota Pelaihari salah satu yang
terkenal adalah Bukit Kayangan. Tapi cuma lewat aja sih.
Akhirnya ditentukanlah tujuan kami yaitu Air
Terjun Bajuin di Desa Sungai Bakar. Letaknya sekitar 10 Km dari Kota Pelaihari
atau lebih tepatnya dari tugu hari jadi Kabupaten Tanah Laut. Karena
berdasarkan hasil searching di google dan bertanya dengan warga air terjun
tersebut yang paling dekat. Maklum ini kali pertamanya aku dan keluarga pergi
ke Pelaihari jadi mesti bertanya dulu.
Tugu Hari
Jadi Kabupaten Tanah Laut. Dari sini langsung belok kiri.
Jalan menuju ke Desa Sungai Bakar sangat
kecil, ya tahu sendiri kan jalan ala-ala pegunungan gitu. Tapi meskipun kecil
tak ada kendaraan besar yang “memaksakan diri” untuk masuk kesini. Jalannya pun
relatif tenang dan sepi dan juga relatif bagus. Banyak sawah-sawah hijau dan kebun-kebun milik warga terhampar di
sepanjang kiri dan kanan jalan. Selain itu yang lebih mantap lagi adalah
pemandangan di kiri dan kanan jalan yang berupa bukit yang tinggi sekali yang
di beberapa sudut terlihat tertutup awan tipis.
Bukit Dari Kejauhan
Jalannya relatif kecil dengan
kebun pisang disamping jalan
Bukit semakin dekat
Saat kami tiba tak banyak orang yang
berkunjung ke tempat wisata ini. Hal itu terlihat dari jumlah kendaraan yang
sedikit di tempat parkir. Maklum saja karena saat kami tiba, cuaca pada saat
itu sedang hujan yang sudah berlangsung lama di wilayah itu. Untuk biaya parkir
ditarik Rp.10000/motor. Tak lupa penjaga parkir menyampaikan kepada kami bahwa
jika habis hujan biasanya airnya terlihat kotor, karena air yang turun dari
bukit membawa sedikit saripati tanah.
Jujur harus kukatakan bahwa tempat wisata ini
fasilitasnya sangat minim. Keadaan kunjunganku pada Februari 2017, pertama
toiletnya tidak berfungsi alias dalam kondisi rusak dan tidak ada airnya. Ada
mushola yang berdiri tidak jauh dari toilet kondisinya pun sama, tampak tidak
terurus. Tidak cuma itu, tempat untuk berteduh dan gazebo tidak terlalu ada.
Oke lupakan dulu soal itu, sekarang kami pun
mencoba naik ke atas bukit. Karena katanya air terjun itu ada di atas bukit
sana. Untungnya ada titian beton yang dibuat untuk memudahkan wisatawan naik,
hanya saja tangga itu tidak sampai tertuju ke puncak. Kalau kondisi tanah kering sih tidak masalah,
yang jadi soal saat itu tanahnya habis diguyur hujan. Akibatnya tanah jadi
licin, mana tanjakan pula. Kami yang saat itu bersama dengan wanita dan
anak-anak harus ekstra hati-hati baik saat naik maupun turunnya.
Tangga menuju ke Air Terjun
Setelah melalui sedikit perjuangan dan
perjalanan, akhirnya tibalah kami di lokasi. Hanya ada satu warung yang berdiri
di lokasi itu. Kulihat sekeliling pemandangan begitu bagus berada di perbukitan
yang indah. Tapi sekali lagi aku mencari fasilitas umum, tak jua kujumpai di
atas sana.
Salah satu batu yang ikonik di
areal Air Terjun Bajuin
Tampak bukit di kejauhan
Pemandangan Dari atas setelah
hujan
Menurut info yang kucari di internet dari
blogger yang pernah berkunjung, katanya air terjun ini memiliki 3 tingkatan.
Entah di bagian yang mana lagi itu, karena pada saat itu hanya 2 air terjun
yang berhasil kami temui. Inilah salah satu kesulitannya karena tidak ada
petunjuk dan jalan di tempat wista ini. Karena fasilitasnya masih minim, jadi
jalan untuk naik dan turun ke air terjun
itu hanya menggunakan tali tambang yang diikatkan di pohon. Dengan kondisi yang
demikian ditambah lagi tanah yang licin dan basah, sangat tidak memungkinkan
mengajak anak kecil untuk ke air terjun. Akhirnya anak-anak disuruh menunggu di
warung saja. Untuk memasuki lokasi air terjun kita harus membayar lagi kepada
orang yang berjualan di warung sebesar Rp. 2000/orang.
Tali untuk
naik ke bukit yang lebih tinggi
Benar saja yang dikatakan oleh orang-orang di
parkiran tadi, saat kami sampai airnya terlihat keruh dan seperti berlumpur.
Sayang sekali memang, sudah jauh datang dari Banjarmasin ternyata airnya tidak
bisa untuk mandi. Disamping airnya yang keruh, badan kami pada saat itu juga
kedinginan. Akhirnya kami hanya bisa berfoto-foto ria di lokasi tersebut.
Entah Tingkatan keberapa ini air
terjunnya
Tampaknya salah satu tempat
mandi.
Abaikan warna airnya
Terakhir kami pun turun ke air terjun
berikutnya. Disini volume air yang terjun lebih besar. Hembusan angin dari air
terjunnya itu pun terasa sangat kuat sekali. Memang sudah dibuatkan tangga
tepat dihadapan air terjun itu. Tapi tetap saja turunnya harus berpegangan
dengan tali tambang itu menuju ke tangga di depan air terjun. Justru disini
turunannya lebih curam, jika tidak berpegangan bakal terpeleset. Hampir mirip
seperti orang yang panjat tebing.
Sesampainya di air terjun wuih airnya deras
sekali bro. Tapi airnya masih terlihat keruh kecoklatan. Tapi meskipun
demikian, masih tidak dapat menutup keindahan dan eksotisme air terjun ini. Air
terjunya indah dan deras, maksud hati ingin mandi tapi tidak memungkinkan.
Karena aku merasa hawanya agak lain disitu, kayak ada hawa kematian. Hehe.
Air terjun yang lebih besar dan
deras
Pancuran air yang deras
Di lokasi ini tampaknya sudah dibuatkan wadah
yang menyerupai kolam renang untuk menampung air yang jatuh itu. Entah sedalam
apa kolam itu, karena ketika aku celupkan kakiku gak ketemu itu dasarnya.
Mungkin karena saat itu musim hujan jadi air terlihat banyak dan meluap. Tapi
mengerikan juga kalau mandi di kolam yang airnya tumpah dengan sangat deras,
sudah begitu airnya masih mengalir kebawah lagi. Kebayang kan kalau mandi di
kolam yang tanpa pagar dengan arus yang deras, bakalan nyemplung ke jurang.
Akhirnya kami hanya bisa berfoto-foto ria di lokasi itu. Setelah itu kamipun
kembali pulang langsung ke Banjarmasin. Kami tak sempat melihat-lihat dan
keliling kota Pelaihari karena hari sudah sore.
Waduuuh
turun kemana itu
Ooh kesini
Air Terjun Bajuin memang memiliki keindahan
dan pemandangan yang segar. Hamparan perbukitan yang indah dan air terjun yang
segar. Tapi sayang sekali lokasi wisata ini kurang mendapat perhatian serius
dari pemerintah setempat. Dari segi fasilitas umum saja masih kurang. Ditambah
lagi keselamatan di tempat wisata ini tampaknya kurang terjamin terutama untuk
yang membawa keluarga dan anak kecil. Sebagai tambahan sebaiknya jangan berkunjung
ketika cuaca sedang hujan atau setelah hujan. Jika tidak ingin menjumpai airnya
yang berwarna cokelat dan jalannya yang licin.