Penulis
: H.M.H. Al-Hamid Al Husaini
Penerbit
: Pustaka Hidayah - Bandung
Halaman : 1227
Tahun : 2011
(cetakan IV)
Subhanallah
mantap. Itulah kalimat yang kiranya tepat untuk menggambarkan betapa kayanya
buku karya penulis asli orang Indonesia ini. Seumur hidupku berkecimpung di
dunia baca membaca, karya inilah buku yang paling tebal yang pernah aku baca
dan tuntaskan. Biasanya buku paling tebal yang pernah kubaca hanya berkisar di
angkat 500 lembar, tapi buku ini sungguh fantastis sekitar 1200 halaman lebih.
Buku setebal itu mampu kuhabiskan dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.
Bukan
halaman yang bejibun itu membuat buku ini istimewa. Tetapi konten dari buku
inilah yang membuat buku ini luar biasa. Karena buku ini berisi tentang banyak
ilmu dan pengetahuan sejarah islam di dalamnya. Ditambah lagi bahasanya yang
ringan dan mudah dimengerti layaknya membaca sebuah novel. Tidak sembarang
comot riwayat, penulis buku ini dengan sangat hati-hati menganalisa dan mencari
kecocokan mana riwayat yang umum diterima oleh para ulama dan pemerhati sejarah
islam. Sehingga isi buku ini insya allah dapat dipertanggungjawabkan kelurusannya.
Biasanya
sirah nabawiyah yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah karya
terjemahan dari penulis timur tengah. Indonesia beruntung memiliki H.M.H
Al-Hamid Al-Husaini (Alm) ulama yang pandai menulis dan mendokumentasikan
pikirannya dalam sebuah buku. Sehingga buku yang awalnya diterbitkan pada tahun
1992 kemudian di revisi pada 2007 ini akan menjadi salah satu khasanah asli
bangsa Indonesia mengenai sejarah keislaman khususnya tentang rumah tangga Nabi
Muhammad SAW.
Buku
lain karya penulis Indonesia memang banyak yang mengulas tentang keluarga
Rasulullah SAW juga. tapi rasanya tak ada yang selengkap buku ini. Sehingga tak
berlebihan jika buku ini dijadikan sebagai salah satu bacaan wajib bagi umat
islam Indonesia untuk memperdalam keilmuannya mengenai sejarah masa lampau
kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW.
Sesuai
judulnya, buku ini hanya fokus kepada kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW.
Rumah tangga disini tidak hanya sebatas kisah kehidupan Rasulullah dan para
istrinya saja, tetapi juga menceritakan secara detail kehidupan anak, cucu dan
cicit nabi Muhammad SAW.
Memang
tak semua anak, cucu dan cicit rasulullah yang dikemukakan khusus dalam buku
ini. Seperti misalnya tentang tiga anak lelaki nabi Muhammad SAW yang meninggal
saat mereka masih kecil. Karena sangat sedikit riwayat mengenai mereka, maka
penulis memilih tidak memasukkan ketiganya dalam satu pembahasan khusus.
Sehingga tanpa maksud penulis untuk pilih kasih, penulis hanya mengemukakan
keturunan Rasulullah SAW yang banyak diriwayatkan orang dan memiliki pengaruh
yang cukup besar dalam sejarah islam.
Di
Bab awal penulis membuka pembahasan dengan kisah para bunda nabi. Diantara
bunda nabi yang dikemukakan di bab ini adalah bunda nabi Ismail as, Musa as.
Isa as. dan Nabi besar Muhammad SAW. Mengisahkan betapa besarnya pengorbanan
seorang bunda kepada anaknya.
Di
bagian kedua penulis mulai bercerita tentang istri nabi Muhammad SAW mulai dari
Khadijah ra. sampai dengan Maimunah Binti Al-Harits. Total istri nabi Muhammad
SAW sampai akhir hayatnya adalah 12 orang. Tentu saja ke 12 orang itu tidak
dinikahi sekaligus. Melihat jumlah yang banyak itu, tentu ini akan dimanfaatkan
oleh orang yang tidak suka dengan islam untuk menyerang nabinya.
Perlu
diketahui bahwa Rasulullah SAW menikahi ke 12 orang wanita itu bukan
karena nafsu. Tapi lebih disebabkan
untuk menolong dan perasaan tidak enak untuk menolak. Seperti yang diriwayatkan
dalam buku ini, ada beberapa istri nabi Muhammad SAW yang merupakan anak
sahabat beliau sendiri, ada pula yang janda sahabat beliau juga. Karena tidak
enak menolak permintaan sahabat untuk menikahi anaknya, beliau pun menikahi
beberapa orang wanita sepeninggal istri terkasihnya Khadijah ra. Ada pula beliau menikahi Ummu Habibah anak
musuh beliau si Abu Sufyan. Hal ini dilakukan semata agar keluarga Abu Sufyan
tidak merasa dikucilkan masyarakat karena pernah memerangi nabi Muhammad SAW.
Ini juga dilakukan sebagai kebaikan akhlak Rasulullah menjalin silaturahmi
dengan orang yang pernah memusuhinya.
Hal
utama dan menarik yang perlu dikemukakan disini adalah Khadijah ra. adalah
istri Nabi Muhammad SAW yang pertama dan utama. Hanya melalui rahim Khadijah
lah Rasulullah SAW beroleh keturunan yang terus tersambung hingga hari ini.
Sedangkan istrinya yang lain tidak melahirkan anak untuk nabi Muhammad SAW.
Hanya Mariyah lah istri nabi yang lain yang melahirkan seorang anak lelaki yang
diberi nama ibrahim. Namun rupanya Allah berkehendak lain dengan mewafatkan
ibrahim saat usianya masih balita. Praktis hanya keturunan Khadijah lah yang
menjadi garis riwayat nabi Muhammad SAW.
Selama Khadijah ra. hidup, Rasulullah SAW
tidak pernah menikahi wanita lain. Khadijah tidak hanya seorang istri, ia juga
menjadi wanita pertama yang beriman dan masuk islam. Ditambah dengan
pengorbanan dan pendampingan yang dilakukan oleh istrinya sejak sebelum masa
kenabian sampai setelah masa kenabian yang berat, tak heran jika nabi Muhammad
SAW amat merindukan dan menyayangi istrinya tersebut.
Di
bagian ketiga penulis mulai bercerita tentang anak dan cucu nabi Muhammad SAW.
Dimulai dengan menceritakan riwayat anak-anak perempuan, cucu dan cicit nabi
Muhammad SAW. Di bagian empat penulis bercerita mengenai riwayat cucu dan cicit
nabi muhammad SAW.
Di
episode inilah saya jadi tahu tentang riwayat tragedi karbala. Disini pulalah
aku jadi tahu bagaimana perebutan politik saat itu sudah menjalar di dunia
islam. Kemudian persatuan dan kesatuan umat mulai goyah. Pertentangan dan
perselisihan antar sesama umat islam kian tak terbendung selepas kekhalifahan
Umar bin Khatab Muawiyah yang merebut kekuasaan secara tidak sah, mulai
menetapkan sistem kerajaan di dunia islam. Dimana sebelumnya sistem
pemerintahan islam adalah ke khalifahan.
Banyak
mudarat yang dilakukan oleh dinasti Ummayah dibawah kepemimpinan Muawiyah.
Salah satu yang paling diingat dan tercatat dalam sejarah adalah tragedi
Karbala yang menewaskan cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW Husain ra. Padang
karbala di dekat kota Kufah (sekarang irak) menjadi saksi bahwa ada
kekhalifahan zalim yang mengaku islam tega membantai ahlul bait rasulullah SAW.
Hal ini akan menjadi sejarah yang paling diingat di dunia islam. Layaknya
pengkhianatan G30S di Indonesia, sejarah tragedi karbala ini pun boleh dibilang
sebagai sejarah kelam dunia islam.
Itulah pembahasan terakhir dan terbanyak di
buku ini mengenai riwayat anak cucu nabi Muhammad SAW. Sebagian besar bercerita
tentang kehidupan keras ahlul bait rasulullah sepeninggal nabi agung akhir
zaman.
Mungkin
karena sang penulis sadar bahwa hampir sebagian besar pembahasannya banyak
mengagungkan ahlul bait nabi Muhammad SAW khususnya dari pasangan Ali bin Abi
Thalib dan Fatimah binti Muhammad. Sehingga takut kalau buku ini dicap sebagai
syiah, penulis pun membeberkan beberapa tulisan tentang syiah di akhir bab ini.
Dari
bab tersebut dapat dikatakan bahwa sang penulis adalah seorang ahlu sunah wal
jamaah, bukan syiah. Karena makna syiah sendiri sekarang ini sudah berbeda
dengan gerakan politik pada zaman Hasan dan Husain. Dulu syiah itu masih
lurus,, karena mereka adalah kelompok yang mencintai ahlul bait (keturunan)
nabi muhammad SAW dari garis Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Syiah yang sekarang
sudah banyak menyimpang dari ajaran islam dan banyak memasukkan tahayul kedalam
ajaran mereka. Suatu hal yang terlalu jauh dari nilai-nilai islam.
Maka
dari itu, seseorang yang mencintai ahlul bait bukanlah seorang syiah, karena
nabi Muhammad SAW sendiri dalam beberapa hadist shahih seringkali mewajibkan
agar umatnya mencintai ahlul bait beliau.
Begitulah
buku ini ditulis. Buku ini memberikan magnet bagi pembacanya untuk terus
membaca dan membaca menghabiskan buku ini. Sehingga walaupun bukunya tebal,
tapi tidak memupuskan minat untuk terus membaca hingga akhir. Karena gaya
penulisannya sangat Indonesia sekali, bahasanya pun tidak ribet.
Selain
itu juga yang menarik adalah pemaparan riwayat kehidupan rumah tangga Nabi
Muhammad SAW dalam buku ini ditulis dalam bahasa ala novel yang membumi dan
manusiawi sekali. Sehingga tak sulit bagi pembaca untuk membayangkan adegan
demi adegan yang tersaji dalam buku ini. Pun kehidupan nabi muhammad SAW lebih
terlihat membumi sama seperti kehidupan rumah tangga manusia lainnya
kebanyakan. Hanya saja beliau lebih mulia dan penuh teladan dan kebaikan.
Semoga Allah SWT memberikan tempat yang mulia bagi nabi Muhammad SAW dan ahlul
bait beliau. Amiin.
Dan
tak lupa juga semoga amal kebaikan dan ilmu yang dituangkan dalam buku ini dan
buku lainnya akan menjadi amal jariyah bagi almarhum H.M.H. Al-Hamid Al Husaini yang
telah wafat pada tahun 2002 silam.
Akhirnya
buku ini harus dibaca oleh segenap umat muslim di manapun berada. Karena buku
ini penuh informasi dan sejarah mengenai keislaman yang bersumber dari riwayat
hadisth yang shahih. Sehingga isi buku ini dapat dipertanggungjawabkan.
Terakhir saya kutip pernyataan dari penulis yaitu: MENCINTAI AHLUL BAIT BUKAN
BERARTI SEORANG SYIAH