Tidak terasa bulan Ramadhan datang lagi.
Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar umat Islam seluruh dunia.
Sudah sering diketahui umum bahwa bulam ramadhan merupakan bulan yang penuh
dengan berkah dengan kebaikan.
Di Indonesia tahun ini tampaknya tidak ada perdebatan
alot khususnya di tengah masyarakat mengenai penetapan awal ramadhan.
Kelihatannya masyarakat cukup tenang. Biasanya masyarakat kita utamanya dari
media sosial banyak yang berdebat mengenai awal ramadan, kenapa ini kita beda
awal puasa, kenapa ini pemerintah beda sendiri, dan berbagai pertanyaan
lainnya.
Alhamdulillah tahun ini tidak ada perbedaan dalam
penentuan awal puasa di Indonesia. Itu artinya umat muslim Indonesia mulai
menjalankan ibadah puasa pada hari senin kemarin (6/6/2016). Mungkin itu yang
menjadikan masyarakat kita tidak terlalu bergejolak.
Bahkan belum juga keputusan hasil sidang isbat
dibacakan oleh pemerintah, masyarakat sudah pada ngumpul di masjid untuk shalat
isya berjamaah, dan dilanjutkan dengan shalat sunah tarawih. Seolah tidak
peduli entah pemerintah menetapkan awal puasa besok atau lusa. Toh yang penting
yakin aja gitu besoknya puasa. Karena ormas Muhammadiyah sudah menetapkan awal
puasa tanggal 6 Juni 2016 jadinya sedikit aman. Tapi ya benar saja, ternyata kita
mengawali puasa secara bersamaan. Sekali lagi alhamdulillah.
Bicara soal bulan ramadhan pasti tak lepas
dari ibadah sunah yang banyak dilakukan oleh umat islam pada malam harinya. Yap
shalat tarawih namanya. Biasanya nih di masjid pada minggu pertama penuh dengan jamaah. Sampai dua malam kemarin
aku shalat tarawih, masjid dipadati dengan jamaah.
Luar biasa antusiasme umat memadati masjid
untuk shalat tarawih berjamaah. Disini orang-orang yang tidak pernah shalat
berjamaah (termasuk aku) ikut-ikutan meramaikan masjid. Tidak salah memang,
karena katanya bulan ramadan merupakan bulan yang penuh berkah, saking banyak
berkahnya satu amalan ibadah kita akan dilipatgandakan Allah nilai pahalanya.
Hingga kemudian sampailah aku pada sebuah
perenungan. Jika logikanya selama bulan ramadan kita mampu shalat sunah
berpuluh-puluh rakaat dalam semalam. Masa shalat 5 waktu yang totalnya 17
rakaat dalam sehari kok begitu berat dilaksanakan. Jleb.. kena banget deh
rasanya renungan ini. Sambil manggut-manggut dalam hati, “Iya juga ya, kok
shalat tarawih aja sanggup”.
Maka dari itu, berawal dari renungan tersebut
aku pun pelan-pelan mulai menata shalat 5 waktuku. Jangan sampai renungan itu
tiba-tiba muncul lagi dan menusuk naluri dan pikiran terdalam ku. Jujur kalau
di bulan biasa entah kenapa di ibadah shalat wajib itu seakan “berat”
terlaksana. Sedangkan kalau bulan ramadan terasa ringan saja. Karena faktor
godaan setan kah, atau karena faktor kebiasaan. Mungkin jika bulan ramadan
tiba, maka seperti sudah menjadi kebiasaan, kita akan tersugesti untuk banyak
beribadah termasuk ibadah wajib dan sunnah secara berjamaah. Karena seperti kita
tahu lingkungan sekitar begitu kondusif dan mendukung untuk kita beribadah
dengan khusuk ketika bulan ramadan. Bisa kita lihat kan banyaknya orang yang
pergi ke masjid pada bulan puasa.
Apapun itu selagi masih positif ya sah-sah
saja. Malah sangat dianjurkan memperbanyak amal ibadah. Dan akhirnya meski
terlambat, kuucapkan marhaban ya ramadan 1437 H, selamat datang bulan penuh berkah dan
ampunan.