Salah satu sudut pemukiman di kota Palangka Raya yang terpapar kabut asap (foto: R_) |
Musim kemarau tahun ini bisa dibilang cukup
ekstrim. Hal itu lantaran sampai pada bulan Oktober ini, hujan seakan enggan
turun membasahi bumi Indonesia.
Dibandingkan tahun-tahun lalu kemarau kali ini merupakan kemarau
terpanjang oleh sebab badai el Nino yang mengamuk di samudera Pasifik. Bahkan Badan
Meterologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) menyatakan bahwa kita akan
mengalami kemarau sampai dengan akhir tahun. Waaahh...
Di Kalimantan dan Sumatera, jika musim
kemarau tiba maka itu artinya juga akan bertemu dengan musim kabut asap. Sehingga
bisa dibilang kabut asap merupakan bencana musiman seperti bencana banjir yang
melanda daerah lain.
Tapi kabut asap kali ini bukan sekedar kabut
asap biasa. Sebab hampir sebagian besar kota-kota di Kalimantan dan Sumatera
terpapar kabut asap yang cukup parah. Sehingga berita tentang kabut asap sudah
menjadi konsumsi di semua media massa. Bandingkan tahun lalu dimana kabut asap
hanya melanda segelintir kota, itu pun dalam eskalasi yang tidak separah ini. Jadinya
kabut asap kala itu tidak begitu gempar diberitakan.
Palangka Raya yang merupakan ibukota provinsi Kalimantan Tengah
merupakan kota yang terpapar kabut asap terparah se Indonesia Raya. Beberapa bulan
ini, tingkat Konsentrasi Partikulat PM10 di kota Palangka Raya selalu berada di
atas 1500. Partikulat (PM10)
adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer). Padahal nilai 350 saja sudah masuk
kategori tidak sehat. Bahkan untuk hari ini saja (20/10/2015) konsentrasi
Partikulat di Palangka Raya sudah mencapai 2000 lebih. Dan itu terparah
dibandingkan kota lainnya di Indonesia yang hanya berkisar di angka 500-600 an.
Cobalah cek sajalah di situs ini.
Dari hari ke hari, langit siang Palangka Raya
selalu berwarna oranye gelap. Bukan cahaya matahari yang segar nan cerah tapi
cahaya matahari yang tertahan oleh asap. Sehingga langit menjadi gelap.
Sudah dua bulan lebih Palangka Raya tidak
menikmati sinar matahari. Setiap hari langit menjadi gelap. Hari ini 20 Oktober
2015 merupakan kabut terparah yang melanda Palangka Raya. Sejak pagi hingga
tulisan ini dibuat, kabut pekat enggan beranjak dari kota ini. Jarak pandang
hanya berkisar sekitar 20 meter, membuat para pengendara harus ekstra waspada
di jalan raya. Hal itu tentu saja ditambah dengan udara yang tidak layak hirup,
dan mata perih yang terpapar asap. Kota ini jadi seperti kota mati.
Tapi anehnya Kota Palangka Raya sepertinya di
anak tirikan oleh media dan pemerintah pusat. Bukan menafikan kabut asap di
wilayah lain ya, cuma tolong lah kami di Kalimantan Tengah ini merupakan daerah
yang terpapar kabut asap terparah. Kami butuh sorotan dari media massa agar
pemerintah pusat dapat cepat tanggap dengan keadaan ini. Tapi yang terlihat
justru banyak wilayah lain yang tingkat keparahannya tidak seberapa di
bandingkan Palangka Raya. Memang kabut asap di Palangka Raya masuk berita, tapi
bukan berita utama dan seolah bukan berita penting. Cobalah tengok kami dan
cobalah untuk tinggal di kota ini sehari saja dan rasakan yang kami derita. Kami
sudah tidak sanggup dan tidak tahan dengan kedaan ini.
Mungkin ada yang bertanya, Pemdanya kemana,
dikit-dikit kok pemerintah pusat. Iya memang itu urusan Pemda. Tapi kami juga
butuh bantuan pusat agar lebih maksimal. Pemda sudah berusaha dengan masksimal
salah satunya kemarin dengan mengerahkan para PNS di SKPD Pemerintah Provinsi
Kalteng yang tergabung dalam tim sergap
api agar turut serta memadamkan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalteng.
Tentu saja hal itu tidak maksimal jika tidak
ada dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat. Kalimantan Tengah khususnya
Palangka Raya seolah dianggap tidak penting. Padahal sekali lagi kualitas udara
di Palangka Raya hari ini sudah terparah se Indonesia Raya.
Oleh sebab itu, besok Rabu 21 Oktober 2015
pada pukul 08.00 WIB. Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng bersama dengan seluruh
komponen masyarakat lintas etnis, agama dan sosial untuk berkumpul di Bundaran
Besar kota Palangka Raya dalam kegiatan Gerakan Seribu Kalteng Menggugat. Hal ini
sebagai bentuk dukungan masyarakat untuk mendorong pemerintah pusat segera
kirimkan bantuan secara maksimal untuk menanggulangi kebakaran lahan di
Kalteng. Karena selama ini kesannya Kalimantan Tengah seperti dianakan tirikan.
Dan kondisinya hari ini sudah sangat memprihatinkan.
#savepalangkaraya
#kaltengjugaindonesia