Tema acara Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah |
Pemberitaan mengenai gerhana matahari total
akhir-akhir ini di Indonesia begitu gencar disiarkan. Termasuk bagaimana cara
aman menyaksikan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Hal itu lantaran
hanya negara kita tercinta ini saja satu-satunya negara yang dilalui oleh
gerhana matahari pada tanggal 9 Maret 2016. Memang tidak seluruh Indonesia yang dilintasi
GMT, hanya 11 provinsi yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi,
Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Tentu saja 11 Provinsi itu termasuk beruntung
dapat menyaksikan peristiwa alam yang langka ini. Hal ini tidak disia-siakan
oleh pemerintah daerah yang wilayahnya dilalui oleh GMT untuk menarik
wisatawan. Sudah jauh-jauh hari bahkan sejak akhir tahun 2014 lalu pemerintah
daerah tersebut mempersiapkan konsep acara untuk menarik wisatawan.
Termasuk Kota yang beruntung itu adalah
Palangka Raya yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Tanah
kelahiranku yang sangat jauh dari hingar bingar pemberitaan Nasional. Kami yang
merupakan masyarakat Palangka Raya sangat beruntung memiliki kesempatan untuk
melihat fenomena alam yang sangat langka. Di Kalimantan Tengah sendiri selain
di Palangka Raya, ternyata Kota Sampit juga termasuk wilayah yang dilewati oleh
GMT.
GMT (Gerhana Matahari Total) terakhir pernah
melintasi Indonesia pada tahun 1983, saat dimana saya belum dilahirkan. Hehe. GMT
tahun 1983 melintasi pulau jawa, Sulawesi dan Papua. Katanya kala itu
pemerintah orde baru memberikan larangan melihat gerhana secara ngsung. Edaran
dan pengumuman larangan pun secara gencar disebarkan. Akhirnya GMT kala itu
menjadi mitos yang sangat menakutkan dan tak boleh dilihat sama sekali. Tak
heran katanya kala itu banyak masyarakat yang mengurung diri dirumah saat GMT
muncul.
Oke sekarang balik lagi ke Palangka Raya nih.
Melalui momen ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menargetkan sekitar 700
wisatawan yang akan datang. Tapi ternyata jumlah wisatawan yang datang melebihi
target sekitar 1000 wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Tentunya ini menjadi berkah tersendiri ya kan.
Banyak
kegiatan bertemakan budaya yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya
maupun pemerintah Provinsi Kalteng untuk menyambut GMT. Diantaranya adalah dengan
menggelar pameran ekonomi kreatif yang berupa hasil kerajinan tangan para
pelaku industri kreatif. Pada malam sebelum GMT juga diselenggarakan festival
budaya di lapangan Sanaman Mantikei dan Bundaran Besar Palangka Raya.
Karena GMT kali ini bertepatan dengan
perayaan nyepi, di sekitar bundaran besar umat Hindu Selasa (8/3) sore mengarak
ogoh-ogoh. Penampilan ini pun semakin menambah semarak kota Palangka Raya yang
saat itu sudah banyak wisatawan berseliweran.
Namun sangat disayangkan, keinginan untuk menyaksikan GMT di langit Palangka Raya nan cerah tak
seperti yang diharapkan. Karena Kota Palangka Raya sendiri pada pukul 05.00
sudah mulai diguyur hujan. Meski hujan sudah mulai agak mendingan sekitar pukul 06.00, namun awan kelabu tak
jua mau berpindah dari tempatnya.
Tapi antusiasme masyarakat untuk menyaksikan
GMT sungguh luar biasa. Pada pagi hari itu jalan-jalan sangat ramai sekali.
Terlihat masyarakat banyak memadati spot-spot strategis untuk mengamati gerhana
meskipun mendung masih menggantung. Apalagi di pusat acara seperti di lapangan
Sanaman Mantikei dan Bundaran Besar Palangka Raya. Keramaian ini mirip dengan
keramaian saat menuggu detik-detik pergantian tahun.
Saat proses gerhana matahari dimulai,
penampakan matahari lebih sering tertutupi oleh awan. Tak sedikit masyarakat
yang kecewa dengan pemandangan ini, panitia acara pun melalui speaker tak
henti-hentinya mengajak masyarakat berdoa agar awan bisa sedikit bergeser. Awan
pun hanya bergeser sebentar, dan kemudian kembali menutupi objek.
Hingga saat gerhana matahari total terjadi,
langit masih terlihat muram. Meski demikian ketika GMT, keadaan di Kota
Palangka Raya mendadak berangsur menjadi gelap gulita. Masyarakat yang memadati Lapangan Sanaman Mantikei pun bersorak menyaksikan
pemandangan yang luar biasa menakjubkan ini. Meskipun matahari tak terlihat
dibalik awan, tapi masyarakat Palangka Raya setidaknya juga merasakan kegelapan
total yang dialami saat GMT.
Sungguh luar biasa, syukur alhamdulillah
dapat diberi kesempatan untuk melihat fenomena gerhana matahari ini secara
langsung meski mendung. Pemandangan yang seumur hidup secara langsung baru pertama kali
disaksikan olehku dan sebagian besar masyarakat Palangka Raya. Ketika langit
terlihat gelap dan berubah menjadi malam, ada perasaan merinding
menyaksikannya. “Tadi barusan hari siang terang benderang, dan tiba-tiba kini
menjadi malam”, pikirku.
Hanya saja ketika aku abadikan melalui kamera ponsel, malah terlihat seperti tidak ada apa-apanya. Hanya terlihat seperti mendung dan matahari biasa. haha..
GMT di Palangka Raya terjadi sekitar 2 menit
lebih. Berikutnya Kota Palangka Raya pun berangsur kembali terang seiring
dengan fase akhir gerhana. Setelah fase gerhana matahari berakhir kembali
dihadirkan festival tari kesenian khas dayak yang dipusatkan di Lapangan
Sanaman Mantikei dan Bundaran Besar Palangka Raya. Walikota Palangka Raya HM. Riban
Satia pun berencana akan membangung prasasti atau monumen Gerhana Matahari
Total.
Pengunjung di Pagelaran Seni Budaya |
Sebagai sebuah sejarah bahwa Kota ini Pernah
dilalui oleh gerhana matahari total. Karena menurut pakar astronomi, gerhana
matahari akan kembali melalui titik yang sama dengan hari ini (jalur GMT 9
Maret 2016) yaitu memerlukan waktu 350 tahun an lebih. Sekali lagi di Palangka
Raya ya, bukan di Indonesia. Karena tujuh tahun lagi atau 2023 akan ada GMT
lagi yang melintasi Indonesia tapi hanya melalui Papua, Ternate dan Tidore
saja. Dalam kurun waktu puluhan tahun, mungkin Palangka Raya hanya akan
dilintasi gerhana matahari sebagian.
Selain di Kota Palangka Raya dan Kota Sampit,
ada beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah yang katanya juga dilalui oleh GMT.
Beberapa diantaranya adalah kabupaten di wilayah Barito dan di Kabupaten
Kotawaringin Barat.
Yah dengan adanya Momen GMT ini semoga banyak wisatawan yang terkesan dengan Kota Palangka Raya. Harapannya momen ini menjadi
awalan yang bagus untuk membuat kota ini ramai dikunjungi oleh Wisatawan baik
wisatawan asing maupun dalam negeri.